Minggu, 28 Desember 2014

Perbandingan Kandungan Logam Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr)  dalam Jaringan Tubuh Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara

Arif Riski M
IKIP PGRI SEMARANG Jln. Lontar No. 1 Sidodai Timur Semarang 50125

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) dan kromium (Cr) pada kerang darah (Anadara granosa) dan air laut di perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei. Analisis kandungan kadmium dan kromium pada kerang darah dan air laut menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). Analisis data dengan menggunakan  uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan kadmium pada kerang darah di perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas yang ditentukan (1,0 mg/kg), sedangkan kandungan kromium pada kerang darah di perairan Tanjung Emas Semarang masih di bawah ambang batas tetapi kandungan kromium pada kerang darah yang berasal dari perairan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas yang ditentukan (0,05 mg/kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan kadmium dan kromium pada air laut di perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara tidak terdeteksi.
Kata kunci: Kerang darah (Anadara granosa), kadmium, kromium, perairan Tanjung Emas Semarang dan perairan Bulu Jepara.
ABSTRACT
The research aims to study cadmium (Cd) and chromium (Cr) content in Cockle (Anadara granosa) and sea water in water Tanjung Emas Semarang and Bulu Jepara. Random sampling was used in this study. The research was used survey metoda. Analysis of cadmium and chromium content in the Cockle (Anadara granosa) and sea water was used AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). Statistic analysis of was used t test. The results showed that cadmium and chromium content in the Cockle (Anadara granosa) in water Tanjung Emas Semarang and Bulu Jepara was over of maximum level recommended (1,0 mg/l), while chromium content in the Cockle (Anadara granosa) in water Tanjung Emas Semarang was down of maximum level recommended but chromium content in the Cockle (Anadara granosa) in water Bulu Jepara was over of maximum level recommended (0,05 mg/l). The results showed that cadmium and chromium content in the sea water in water Tanjung Emas Semarang and Bulu jepara was not detected.
Key word: Cockle (Anadara granosa), cadmium, chromium, water Tanjung Emas Semarang and water Bulu jepara.
A.  Pendahuluan
Kerang darah (Anadara granosa) memiliki insang yang berbentuk lamela sehingga digolongkan dalam kelas Lamellibranchiata. Kerang darah berbentuk simetri bilateral, dan mempunyai cangkang setangkup. Darmono (2001), menyatakan bahwa kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya karena sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu. Kehidupan kerang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan hidupnya. Jika kondisi lingkungan hidupnya tercemar oleh polutan seperti logam berat maka kerang juga akan tercemar oleh logam berat. Oleh karena itu, kerang banyak digunakan sebagai biomonitoring pencemaran logam. Beberapa contoh logam berat yang sangat beracun diantaranya adalah logam kadmium (Cd) dan kromium (Cr).  
Banyak jenis kerang mempunyai arti ekonomi karena merupakan bahan makanan yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Sebagian kerang telah dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, misalnya kerang darah (Anadara granosa). Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang paling banyak disukai oleh masyarakat. Selain karena harganya yang ekonomis, kerang darah memiliki kandungan protein yang tinggi.
Perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara adalah perairan penghasil kerang darah. Perairan Tanjung Emas Semarang merupakan perairan yang cukup tinggi tingkat pencemarannnya, karena perairan Tanjung Emas merupakan kawasan pelabuhan besar Semarang. Dibandingkan perairan Tanjung Emas Semarang, perairan Bulu Jepara umumnya jauh lebih baik kondisi lingkunganya. Hal ini dikarenakan aktivitas industri di Jepara relatif lebih sedikit daripada di Semarang.
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu adakah kandungan logam Cd dan Cr pada jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) dan air laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara? Hipotesis dari permasalahan tersebut  yaitu ada kandungan logam Cd dan Cr dalam jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) dan air laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mengukur konsentrasi logam Cd dan Cr dalam jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) dan air laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara.
Penelitian ini menggunakan metode survey. Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari lapangan seperti sampel air laut, sampel kerang darah, pH air laut, DO, dan suhu air laut, sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber lain dan biasanya merupakan data jadi, meliputi data hasil uji sampel laboratorium.
B.   Material dan Metode Penelitian
1.    Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah perairan Tanjung Emas Semarang dan perairan Bulu Jepara. Penelitian dilakukan pada bulan April 2012.
2.    Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang darah. Kerang darah termasuk dalam kelas Lamellibranchiata, genus Anadara, spesies Anadara granosa.
3.    Bahan dan Alat Penelitian
a.    Bahan
Bahan untuk pengujian sampel kerang : kerang darah (Anadara granosa), air laut, aquades, dan larutan HNO3, sedangkan bahan untuk pengujian sampel air laut : air laut,  larutan APDC, larutan MIBK (Methyl Isobutil Keton), larutan HNO3 4%, dan  Standar larutan logam 1000 ppm.
b.    Alat:


Alat untuk pengujian sampel kerang: timbangan analitik ,mesin pengaranganMesin pengabuan (Tanur), cangkir porselen, erlenmayer 50 ml, kertas Whatman 40, gelas ukur 50 ml dan 100 ml, pipet pastur, pipet volumetric, pemanas (hotplate) dan ASS, sedangkan alat pengujian sampel air laut: beaker glass, pipet, labu erlenmeyer, tabung kran, botol plastik, dan AAS. 
C.  Prosedur Penelitian
Prosedur pengambilan sampel kerang darah dan air laut yaitu: 1) Sampel diambil dari dua stasiun berbeda yang telah ditentukan yaitu di perairan Tanjung Emas Semarang (lokasi 1) dan perairan Bulu Jepara (lokasi 2) dalam waktu yang berbeda 2) Pengambilan  sampel dilakukan  secara acak. Setiap stasiun terdiri atas tiga sampel yaitu sampel 1, 2, dan 3; 3) Pengambilan sampel dengan menggunakan perahu untuk menuju lokasi pengambilan sampel yang telah ditentukan. Pengambilan sampel kerang darah  menggunakan alat khusus yaitu  mesin pengeruk. Sedangkan pengambilan sampel air laut menggunakan ember; 4) Baik sampel 1, 2, dan 3 diambil sampel air laut sebanyak 2,5 liter dan kerang darah masing-masing sebanyak 0,25 kg untuk satu kali pengujian; 5) Memberi kode pada tiap sampel sesuai stasiun maupun titik pengambilannya agar mudah membedakan antara sampel satu dengan sampel yang lain; 6) Selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian kandungan logam Cd dan Cr pada sampel tersebut.
Cara analisis kandungan kadmium dan kromium pada sampel kerang darah di laboratorium yaitu: 1) Kerang diblender sampai halus; 2) Menimbang 10 gr sampel kerang yang sudah diblender (untuk satu kali uji); 3) Sampel kerang diarangkan di ruang asam sampai berwarna hitam pada suhu 300oC selama ± 2 jam; 4) Memasukan sampel kerang yang sudah menjadi arang ke dalam mesin tanur yang bersuhu 550oC ± 8 jam hingga sampel kerang menjadi abu putih (jika abu tidak berwarna putih, maka sampel kerang dikeluarkan dari mesin tanur dan didiamkan selama 30 menit kemudian ditambahkan air sedikit, setelah itu dimasukan kembali ke dalam mesin tanur); 5) Sampel kerang yang sudah menjadi abu putih dikeluarkan dari mesin tanur dan didiamkan selama beberapa saat agar tidak terlalu panas; 6) Menambahkan sedikit air; 7) Menambahkan 2 ml HNO3 kemudian diaduk menggunakan alat pengaduk; 8) Sampel dimasukan kedalam labu erlenmeyer hingga volume mencapai 50 ml kemudian dikocok ± 12 kali; 9) Sampel disaring menggunakan saringan whatman 40 dan saringan pertama harus dibuang kemudian saring kembali; 10) Hasil penyaringan dimasukan ke dalam botol yang diberi kode untuk dilakukan pengujian AAS.
Cara analisis kandungan kadmium dan kromium pada air laut yaitu : 1) Mengambil sampel air laut ± 250 ml; 2) Memasukan sampel air ke dalam corong pisah; 3) Menambahkan  ± 1 ml APDC lalu dikocok selama 30 detik; 4) Menambahkan  ± 25 ml MIBK lalu dikocok selama 30 detik; 5) Setelah air dan larutan organik terpisah, kemudian airnya dibuang; 6) Menambahkan  ±  25 ml larutan HNO3  4% pada larutan organik tadi lalu dikocok selama 30 detik; 7) Setelah air dan larutan organik terpisah, larutan organik dibuang dan airnya dimasukan ke dalam botol plastik yang sudah diberi kode untuk selanjutnya dilakukan pengujian AAS.
D.  Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Analisis kimia kandungan logam Cd dan Cr dalam jaringan tubuh  kerang darah (Anadara granosa) dan air laut dengan menggunakan analisis Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Cara kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang di panakan dari lampu katoda (hallow cathode lamp) yang mengandung unsur yang akan di tentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1994).
Data hasil pengukuran kandungan logam Cd dan Cr secara kimia dengan AAS kemudian dibandingkan dengan baku mutu kandungan logam dalam kerang dan air laut. Data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan uji t independen.


E.   Hasil dan Pembahasan 
Tabel 1. Kandungan Logam Kadmium (Cd) dalam Jaringan Tubuh Kerang Darah (Anadara Granosa)
Lokasi Perairan
Kandungan Cd (mg/kg)
Jumlah
Kandungan (mg/kg)
Rata-rata Kandungan (mg/kg)
  Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Tanjung Emas SMG
2,02
2,08
2,13
6,23
2,08
Bulu Jepara
1,39
1,33
1,08
3,8
1,27
Baku mutu
1,0 mg/kg*




Keterangan:
* : * = SNI 01-3460-1994
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa konsentrasi kadmium pada kerang darah yang berasal dari perairan Tanjung Emas lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari Bulu Jepara, dikarenakan tingkat pencemaran logam kadmium di perairan Tanjung Emas lebih tinggi. Sumber pencemaran kadmium di perairan Tanjung Emas berasal dari limbah industri pelapisan logam dan sisa bahan bakar kapal dikarenakan Tanjung Emas merupakan kawasan pelabuhan besar di Semarang.
Dari tabel di atas, konsentrasi logam kadmium pada kerang darah yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara sudah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh SNI Tahun 1994. Hal ini menunjukan bahwa mengkonsumsi kerang darah yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan. Palar (1994), menyatakan bahwa jika kadmium masuk ke dalam tubuh manusia melebihi ambang batas maka dapat menyebabkan keracunan kronis seperti terjadi kerusakan pada sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem respirasi, sistem sirkulasi dan jantung serta dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang.
Berdasarkan hasil analisis uji t pada kandungan kadmium pada kerang darah (Anadara granosa) didapat thitung > ttabel maka menunjukan ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata kandungan kadmium pada kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara.
Tabel 2. Kandungan Logam Kromium (Cr) dalam  Jaringan Tubuh Kerang Darah (Anadara Granosa )
Lokasi Perairan 
Kandungan Cr (mg/kg)
Jumlah Kandungan (mg/kg)
Rata-rata Kandungan (mg/kg)
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Tanjung Emas SMG

< 0,01
< 0,01
< 0,01
< 0,03
< 0,01
Bulu Jepara
0,45
    0,47
0,36
1,24
0,43
Baku mutu
0,05 mg/kg*




Keterangan:
* : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 03725/B/VII/89
Berdasarkan tabel di atas, konsentrasi kromium pada kerang darah yang berasal dari perairan Bulu Jepara lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang. Hal ini disebabkan karena perairan Bulu Jepara tingkat pencemaran logam kromium lebih tinggi. Sumber pencemaran kromium di perairan Bulu Jepara berasal dari limbah penggunaan pewarna pada industi mebel dan industri batik troso.
Dari tabel di atas, konsentrasi logam kromium pada kerang darah yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang masih di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh SNI tahun 1994, sedangkan konsentrasi kromium pada kerang darah yang berasal dari perairan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas. Menurut WHO (1998), kandungan kromium dalam makanan yang diperbolehkan dikonsumsi adalah 0,5 ppm per minggu atau 0,07 ppm per hari. Dengan demikian meskipun kandungan kromium pada kerang darah yang berasal dari perairan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas yang, namun jika mengkonsumsinya tidak melebihi 0,07 ppm per hari maka tidak membahayakan tubuh konsumen. Palar (1994),menyatakan bahwa jika kromium masuk ke dalam tubuh manusia melebihi ambang batas maka dapat menyebabkan keracunan akut atau kronis. Sifat racun yang dibawa oleh logam kromium dapat menyebabkan kerusakan pada sistem respirasi dan juga dapat menyebabkan kanker.
Berdasarkan hasil analisis uji t pada kandungan logam kromium pada kerang darah didapat thitung > ttabel maka menunjukan ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata kandungan kromium pada kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan perairan Bulu Jepara.
Tabel 3. Kandungan Logam Kadmium (Cd) dalam Air Laut
Lokasi Perairan
Kandungan Cd (mg/l)
Jumlah Kandungan (mg/l)
Rata-rata Kandungan (mg/l)
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Tanjung Emas SMG
< 0,001
<0,001
< 0,001
< 0,003
< 0,001
Bulu Jepara
<0,005
<0,005
< 0,005
< 0,015
< 0,005
Baku mutu
0,001 mg/l*




Keterangan:
* : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004
Berdasarkan tabel di atas, konsentrasi kadmium pada air laut yang berasal dari perairan Bulu Jepara lebih tinggi dibanding yang berasal dari perairan Tanjung Emas karena tingkat pencemaran kadmium di perairan Bulu Jepara lebih tinggi. Supriharyono (2004), menyatakan bahwa logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik di sungai atau laut akan dipindahkan dari badan melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorpsi (pengikatan), dan absorpsi (penyerapan) oleh organisme perairan. Apabila konsentrasi logam lebih besar daripada daya larut terendah komponen yang terbentuk antara logam dan anion yang ada dalam air, seperti karbonat, hidroksil atau klorida, maka logam tersebut akan diendapkan. Pada daerah perairan yang kekurangan oksigen akibat kontaminasi bahan-bahan organik, daya larut logam berat menjadi lebih rendah dan mudah mengendap.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa konsentrasi kadmium pada air laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas masih dibawah ambang batas, sedangkan yang berasal dari perairan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas. Berdasarkan hasil analisis uji t pada kandungan kadmium (Cd) pada air laut didapat thitung < ttabel berarti terdapat perbedaan yang tidak signifikan  pada rata-rata kandungan kadmium pada air laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan perairan Bulu Jepara.
Tabel 4. Kandungan Logam Kromium (Cr) dalam Air Laut
Lokasi Perairan
Kandungan Cr (mg/l)
Jumlah Kandungan (mg/l)
Rata-rata Kandungan (mg/l)
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Tanjung Emas SMG
< 0,03
< 0,03
< 0,03
< 0,09
< 0,03
Bulu Jepara
< 0,03
< 0,03
< 0,03
< 0,09
< 0,03
Baku mutu
0,05*




Keterangan:
* : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa konsentrasi kromium pada air laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas dan Bulu Jepara masih di bawah ambang batas. Jika dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air laut untuk biota laut yaitu 0,05 mg/l maka konsentrasi kromium pada air laut masih di bawah ambang batas, sedangkan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu kadar kromium pada air laut untuk biota laut yaitu 0,005 mg/l maka konsentrasi kromium pada air laut di perairan Tanjung Emas dan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas. Konsentrasi kromium pada air laut sangat rendah di bawah 0,03 maka tidak dapat terdeteksi oleh AAS yang hanya memiliki standart ketelitian sampai 0,03 saja sehingga konsentrasi kromium yang terbaca di monitor adalah standart dari AAS yaitu < 0,03.
Fardiaz (1992), menyatakan bahwa pencemaran logam kromium maupun kadmium dalam perairan yang melebihi ambang batas dapat membahayakan kehidupan organisme perairan. Logam berat baik itu kromium ataupun kadmium yang berada dalam perairan akan diabsorpsi oleh organisme perairan, baik itu secara langsung ataupun tidak langsung melalui rantai makanan organisme tersebut. Logam berat ini akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh organisme perairan dan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan kematian organisme perairan tersebut.
Dari tabel di atas, konsentrasi kromium pada air laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas dan Bulu Jepara adalah sama. Oleh karena itu, tidak dapat dianalisis dengan uji t.
F.   Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan kadmium dan kromium pada air laut dyang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara tidak terdeteksi sedangkan konsentrasi kadmium dan kromium dalam jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) yang berasal Perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu jepara sudah melebihi nilai ambang batas. Oleh karena itu mengkonsumsi kerang darah yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan.
G.  Daftar Pustaka
Darmono. 1994. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press.  
---.2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa logam). Jakarta: UI- Press.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Lu, Frank. 1994. Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta : UI Press.
Nontji, Anugrah. 1993. Laut nusantara. Jakarta: Djambatan
Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Romimohtarno. K dan S. Juwana. 1999. Biologi Laut. Jakarta: Puslitbang Oseonologi.
Supriharyono, 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar