Perbandingan Kandungan Logam
Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) dalam
Jaringan Tubuh Kerang Darah (Anadara
granosa) di Perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara
Arif Riski M
IKIP PGRI SEMARANG Jln.
Lontar No. 1 Sidodai Timur Semarang 50125
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) dan kromium (Cr) pada kerang
darah (Anadara granosa) dan air laut
di perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode survei. Analisis kandungan kadmium dan kromium pada
kerang darah dan air laut menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). Analisis data dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan
kadmium pada kerang darah di perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara sudah
melebihi ambang batas yang ditentukan (1,0 mg/kg), sedangkan kandungan kromium pada kerang darah di perairan Tanjung Emas Semarang masih di
bawah ambang batas tetapi kandungan kromium pada kerang darah yang berasal dari
perairan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas yang ditentukan (0,05 mg/kg). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kandungan kadmium dan kromium pada air laut di perairan
Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara tidak terdeteksi.
Kata kunci: Kerang darah
(Anadara granosa), kadmium, kromium, perairan Tanjung Emas Semarang dan
perairan Bulu Jepara.
ABSTRACT
The research
aims to study cadmium (Cd) and chromium (Cr) content in Cockle (Anadara
granosa) and sea water in water Tanjung Emas Semarang and Bulu Jepara. Random
sampling was used in this study. The research was used survey metoda. Analysis
of cadmium and chromium content in the Cockle (Anadara granosa) and sea water was
used AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). Statistic analysis of was used t test. The results showed that cadmium and
chromium content in the Cockle (Anadara granosa) in water Tanjung Emas Semarang
and Bulu Jepara was over of maximum level recommended (1,0 mg/l), while
chromium content in the Cockle (Anadara granosa) in water Tanjung Emas Semarang
was down of maximum level recommended but chromium content in the
Cockle (Anadara granosa) in water Bulu Jepara was over of maximum level
recommended (0,05 mg/l). The results showed that cadmium and chromium content
in the sea water in water Tanjung Emas Semarang and Bulu jepara was not
detected.
Key
word: Cockle
(Anadara granosa), cadmium, chromium, water Tanjung Emas Semarang and water
Bulu jepara.
A. Pendahuluan
Kerang darah (Anadara
granosa) memiliki insang yang berbentuk lamela sehingga digolongkan dalam
kelas Lamellibranchiata. Kerang darah
berbentuk
simetri bilateral, dan mempunyai cangkang setangkup. Darmono (2001), menyatakan bahwa kerang
dapat mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya karena
sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh
polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam
tertentu. Kehidupan kerang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan hidupnya.
Jika kondisi lingkungan hidupnya tercemar oleh polutan seperti logam berat maka
kerang juga akan tercemar oleh logam berat. Oleh karena itu, kerang banyak
digunakan sebagai biomonitoring pencemaran logam. Beberapa contoh logam berat
yang sangat beracun diantaranya adalah logam kadmium (Cd) dan kromium (Cr).
Banyak jenis kerang mempunyai
arti ekonomi karena merupakan bahan makanan yang banyak digemari oleh
masyarakat dari berbagai kalangan. Sebagian kerang telah dibudidayakan untuk
tujuan konsumsi, misalnya kerang darah (Anadara
granosa). Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang paling banyak
disukai oleh masyarakat. Selain karena harganya yang ekonomis, kerang darah memiliki
kandungan protein yang tinggi.
Perairan Tanjung
Emas Semarang dan Bulu Jepara adalah perairan penghasil kerang darah. Perairan
Tanjung Emas Semarang merupakan perairan yang cukup tinggi tingkat
pencemarannnya, karena perairan Tanjung Emas merupakan kawasan pelabuhan besar
Semarang. Dibandingkan perairan Tanjung Emas Semarang, perairan Bulu Jepara
umumnya jauh lebih baik kondisi lingkunganya. Hal ini dikarenakan aktivitas industri
di Jepara relatif lebih sedikit daripada di Semarang.
Berkaitan dengan permasalahan di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu adakah kandungan
logam Cd dan Cr pada jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) dan air laut yang berasal dari perairan Tanjung
Emas Semarang dan Bulu Jepara? Hipotesis dari permasalahan tersebut yaitu ada kandungan
logam Cd dan Cr dalam jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) dan air laut yang berasal dari perairan Tanjung
Emas Semarang dan Bulu Jepara. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
mengukur konsentrasi logam Cd dan Cr dalam jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) dan air laut yang
berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara.
Penelitian ini menggunakan metode
survey. Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari lapangan seperti sampel air laut, sampel kerang
darah, pH air laut, DO, dan suhu air laut, sedangkan data sekunder diperoleh
dari sumber lain dan biasanya merupakan data jadi, meliputi data hasil uji
sampel laboratorium.
B. Material dan Metode Penelitian
1. Tempat dan
Waktu Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah perairan
Tanjung Emas Semarang dan perairan Bulu Jepara. Penelitian dilakukan pada bulan
April 2012.
2.
Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kerang darah. Kerang darah termasuk dalam kelas
Lamellibranchiata, genus Anadara, spesies Anadara
granosa.
3. Bahan dan
Alat Penelitian
a. Bahan
Bahan untuk pengujian sampel
kerang : kerang darah (Anadara
granosa), air laut, aquades, dan larutan HNO3, sedangkan bahan untuk pengujian sampel air laut : air laut, larutan APDC, larutan MIBK (Methyl
Isobutil Keton), larutan HNO3 4%, dan Standar larutan logam 1000 ppm.
b. Alat:
Alat untuk pengujian sampel kerang: timbangan analitik ,mesin
pengaranganMesin pengabuan (Tanur), cangkir porselen, erlenmayer 50 ml, kertas
Whatman 40, gelas ukur 50 ml dan 100 ml, pipet pastur, pipet volumetric, pemanas
(hotplate) dan ASS, sedangkan alat pengujian sampel air laut: beaker glass,
pipet, labu erlenmeyer, tabung kran, botol plastik, dan AAS.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur pengambilan sampel kerang darah dan
air laut yaitu: 1) Sampel
diambil dari dua
stasiun berbeda yang telah ditentukan yaitu di perairan Tanjung Emas Semarang
(lokasi 1) dan perairan Bulu Jepara (lokasi 2) dalam waktu yang berbeda 2) Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Setiap stasiun
terdiri atas tiga sampel yaitu sampel 1, 2, dan 3; 3) Pengambilan sampel dengan menggunakan
perahu untuk menuju lokasi pengambilan sampel yang telah
ditentukan. Pengambilan sampel kerang darah
menggunakan alat khusus yaitu
mesin pengeruk. Sedangkan pengambilan sampel air laut menggunakan ember;
4) Baik sampel 1, 2, dan 3 diambil sampel air laut sebanyak 2,5 liter dan
kerang darah masing-masing sebanyak 0,25 kg untuk satu kali pengujian; 5)
Memberi kode pada tiap sampel sesuai stasiun maupun titik pengambilannya agar
mudah membedakan antara sampel satu dengan sampel yang lain; 6) Selanjutnya
sampel dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian kandungan logam Cd dan
Cr pada sampel tersebut.
Cara analisis
kandungan kadmium dan kromium pada sampel kerang darah di laboratorium yaitu: 1) Kerang diblender sampai halus; 2) Menimbang 10 gr sampel kerang yang
sudah diblender (untuk satu kali uji); 3) Sampel kerang diarangkan di ruang
asam sampai berwarna hitam pada suhu 300oC selama ± 2 jam; 4) Memasukan sampel kerang yang sudah
menjadi arang ke dalam mesin tanur yang bersuhu 550oC ± 8 jam hingga sampel kerang
menjadi abu putih (jika abu tidak berwarna putih, maka sampel kerang
dikeluarkan dari mesin tanur dan didiamkan selama 30 menit kemudian ditambahkan
air sedikit, setelah itu dimasukan kembali ke dalam mesin tanur); 5) Sampel kerang yang sudah menjadi abu
putih dikeluarkan dari mesin tanur dan didiamkan selama beberapa saat agar
tidak terlalu panas; 6) Menambahkan sedikit air; 7) Menambahkan 2 ml HNO3 kemudian
diaduk menggunakan alat pengaduk; 8) Sampel dimasukan kedalam labu erlenmeyer hingga volume
mencapai 50 ml kemudian dikocok ± 12 kali; 9) Sampel disaring menggunakan saringan
whatman 40 dan saringan pertama harus dibuang kemudian saring kembali; 10) Hasil penyaringan dimasukan ke dalam
botol yang diberi kode untuk dilakukan pengujian AAS.
Cara analisis kandungan kadmium
dan kromium pada air laut yaitu : 1) Mengambil sampel air laut ± 250 ml; 2) Memasukan sampel air ke dalam corong
pisah; 3) Menambahkan ± 1 ml APDC lalu dikocok selama 30 detik; 4) Menambahkan ± 25 ml MIBK lalu dikocok selama 30 detik; 5) Setelah air dan larutan organik
terpisah, kemudian airnya dibuang; 6) Menambahkan ± 25 ml larutan HNO3 4% pada larutan organik tadi lalu dikocok
selama 30 detik; 7) Setelah air dan larutan organik terpisah, larutan organik dibuang dan
airnya dimasukan ke dalam botol plastik yang sudah diberi kode untuk selanjutnya
dilakukan pengujian AAS.
D.
Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Analisis kimia kandungan logam Cd dan
Cr dalam jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) dan air laut dengan menggunakan
analisis Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Cara kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan
sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas.
Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang di panakan dari
lampu katoda (hallow cathode lamp) yang mengandung unsur yang akan di tentukan.
Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu
menurut jenis logamnya (Darmono, 1994).
Data hasil pengukuran kandungan logam Cd dan Cr secara kimia dengan AAS
kemudian dibandingkan dengan baku mutu
kandungan logam dalam kerang dan air
laut. Data
hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan uji t
independen.
E. Hasil
dan Pembahasan
Tabel 1. Kandungan Logam Kadmium (Cd) dalam Jaringan Tubuh Kerang Darah (Anadara
Granosa)
Lokasi
Perairan
|
Kandungan Cd
(mg/kg)
|
Jumlah
Kandungan
(mg/kg)
|
Rata-rata Kandungan
(mg/kg)
|
||
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
|||
Tanjung Emas SMG
|
2,02
|
2,08
|
2,13
|
6,23
|
2,08
|
Bulu Jepara
|
1,39
|
1,33
|
1,08
|
3,8
|
1,27
|
Baku mutu
|
1,0 mg/kg*
|
Keterangan:
* : * = SNI 01-3460-1994
Dari tabel di
atas, dapat dilihat bahwa konsentrasi kadmium pada kerang darah yang berasal
dari perairan Tanjung Emas lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari Bulu
Jepara, dikarenakan tingkat pencemaran logam kadmium di perairan Tanjung Emas
lebih tinggi. Sumber pencemaran kadmium di perairan Tanjung Emas berasal dari
limbah industri pelapisan logam dan sisa bahan bakar kapal dikarenakan Tanjung
Emas merupakan kawasan pelabuhan besar di Semarang.
Dari tabel di atas, konsentrasi logam kadmium pada kerang darah yang berasal dari
perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara sudah melebihi nilai
ambang batas yang ditetapkan oleh SNI Tahun 1994. Hal ini menunjukan bahwa mengkonsumsi kerang darah yang
berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara sangat beresiko
tinggi terhadap kesehatan. Palar (1994), menyatakan bahwa jika kadmium masuk ke dalam tubuh manusia
melebihi ambang batas maka dapat menyebabkan keracunan kronis seperti terjadi kerusakan
pada sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem respirasi, sistem sirkulasi dan
jantung serta dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang.
Berdasarkan hasil analisis uji t pada kandungan kadmium pada kerang darah (Anadara granosa) didapat thitung > ttabel
maka menunjukan ada perbedaan yang
signifikan pada rata-rata kandungan kadmium pada kerang
darah (Anadara granosa) yang berasal
dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara.
Tabel
2. Kandungan Logam Kromium (Cr) dalam Jaringan
Tubuh Kerang Darah (Anadara Granosa )
Lokasi
Perairan
|
Kandungan Cr
(mg/kg)
|
Jumlah Kandungan
(mg/kg)
|
Rata-rata Kandungan
(mg/kg)
|
||
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
|||
Tanjung Emas
SMG
|
< 0,01
|
< 0,01
|
< 0,01
|
< 0,03
|
< 0,01
|
Bulu Jepara
|
0,45
|
0,47
|
0,36
|
1,24
|
0,43
|
Baku mutu
|
0,05 mg/kg*
|
Keterangan:
* : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan Nomor 03725/B/VII/89
Berdasarkan tabel di atas, konsentrasi kromium pada kerang darah yang
berasal dari perairan Bulu Jepara lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari
perairan Tanjung Emas Semarang. Hal ini disebabkan karena perairan Bulu Jepara
tingkat pencemaran logam kromium lebih tinggi. Sumber pencemaran kromium di perairan Bulu Jepara berasal
dari limbah penggunaan pewarna pada industi mebel dan industri batik troso.
Dari tabel di atas, konsentrasi logam kromium pada kerang darah yang berasal dari perairan Tanjung Emas
Semarang masih di bawah
ambang batas yang ditetapkan oleh SNI tahun 1994, sedangkan konsentrasi kromium pada kerang darah yang berasal dari
perairan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas. Menurut WHO (1998), kandungan
kromium dalam makanan yang diperbolehkan dikonsumsi adalah 0,5 ppm per minggu
atau 0,07 ppm per hari. Dengan demikian meskipun kandungan kromium pada kerang
darah yang berasal dari perairan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas yang,
namun jika mengkonsumsinya tidak melebihi 0,07 ppm per hari maka tidak membahayakan
tubuh konsumen. Palar
(1994),menyatakan bahwa jika kromium masuk ke dalam tubuh manusia melebihi ambang
batas maka dapat menyebabkan keracunan akut atau kronis. Sifat racun yang
dibawa oleh logam kromium dapat menyebabkan kerusakan pada sistem respirasi dan
juga dapat menyebabkan kanker.
Berdasarkan
hasil analisis uji t pada kandungan logam kromium pada kerang darah didapat thitung >
ttabel maka menunjukan ada
perbedaan yang signifikan pada rata-rata kandungan kromium pada kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari
perairan Tanjung Emas Semarang dan perairan Bulu Jepara.
Tabel
3. Kandungan Logam Kadmium (Cd) dalam Air Laut
Lokasi
Perairan
|
Kandungan Cd
(mg/l)
|
Jumlah Kandungan
(mg/l)
|
Rata-rata Kandungan
(mg/l)
|
||
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
|||
Tanjung Emas
SMG
|
< 0,001
|
<0,001
|
< 0,001
|
< 0,003
|
< 0,001
|
Bulu Jepara
|
<0,005
|
<0,005
|
< 0,005
|
< 0,015
|
< 0,005
|
Baku mutu
|
0,001 mg/l*
|
Keterangan:
* :
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004
Berdasarkan tabel di atas, konsentrasi kadmium pada air laut yang
berasal dari perairan Bulu Jepara lebih tinggi dibanding yang berasal dari
perairan Tanjung Emas karena tingkat pencemaran kadmium di perairan Bulu Jepara
lebih tinggi. Supriharyono
(2004), menyatakan bahwa logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik di
sungai atau laut akan dipindahkan dari badan melalui tiga proses yaitu
pengendapan, adsorpsi (pengikatan), dan absorpsi (penyerapan) oleh organisme
perairan. Apabila konsentrasi logam lebih besar daripada daya larut terendah
komponen yang terbentuk antara logam dan anion yang ada dalam air, seperti
karbonat, hidroksil atau klorida, maka logam tersebut akan diendapkan. Pada
daerah perairan yang kekurangan oksigen akibat kontaminasi bahan-bahan organik,
daya larut logam berat menjadi lebih rendah dan mudah mengendap.
Dari
tabel di atas, dapat dilihat bahwa konsentrasi kadmium pada air laut yang
berasal dari perairan Tanjung Emas masih dibawah ambang batas, sedangkan yang
berasal dari perairan Bulu Jepara sudah melebihi ambang batas. Berdasarkan
hasil analisis uji t pada kandungan kadmium (Cd) pada air laut didapat thitung <
ttabel berarti terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada rata-rata kandungan kadmium pada air
laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan perairan Bulu Jepara.
Tabel 4.
Kandungan Logam Kromium (Cr) dalam Air Laut
Lokasi
Perairan
|
Kandungan Cr
(mg/l)
|
Jumlah Kandungan
(mg/l)
|
Rata-rata Kandungan
(mg/l)
|
||
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
|||
Tanjung Emas
SMG
|
< 0,03
|
< 0,03
|
< 0,03
|
< 0,09
|
< 0,03
|
Bulu Jepara
|
< 0,03
|
< 0,03
|
< 0,03
|
< 0,09
|
< 0,03
|
Baku
mutu
|
0,05*
|
Keterangan:
* : Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Dari tabel di atas, dapat dilihat
bahwa konsentrasi kromium pada air laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas
dan Bulu Jepara masih di bawah ambang batas. Jika dibandingkan dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang baku
mutu air laut untuk biota laut yaitu 0,05 mg/l maka konsentrasi kromium pada air laut masih di bawah ambang
batas, sedangkan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004
tentang baku mutu kadar kromium pada air laut untuk biota laut yaitu 0,005 mg/l
maka konsentrasi kromium pada air laut di perairan Tanjung Emas dan Bulu Jepara
sudah melebihi ambang batas. Konsentrasi kromium pada air laut sangat
rendah di bawah 0,03 maka tidak dapat terdeteksi oleh AAS yang hanya memiliki standart ketelitian
sampai 0,03 saja sehingga konsentrasi kromium yang terbaca di monitor adalah standart dari AAS yaitu <
0,03.
Fardiaz (1992), menyatakan bahwa pencemaran logam kromium maupun kadmium dalam perairan yang melebihi ambang batas dapat
membahayakan kehidupan organisme perairan. Logam berat baik itu kromium
ataupun kadmium yang
berada dalam perairan akan diabsorpsi oleh organisme perairan, baik itu secara
langsung ataupun tidak langsung melalui rantai makanan organisme tersebut.
Logam berat ini akan
terakumulasi di dalam jaringan tubuh organisme perairan dan dalam jangka waktu
panjang dapat menyebabkan kematian organisme perairan tersebut.
Dari tabel di atas, konsentrasi kromium pada air
laut yang berasal dari perairan Tanjung Emas dan Bulu Jepara adalah sama. Oleh
karena itu, tidak dapat dianalisis dengan uji t.
F. Kesimpulan
Hasil
penelitian menunjukan kadmium dan kromium pada air laut dyang berasal dari
perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara tidak terdeteksi sedangkan konsentrasi
kadmium dan kromium dalam jaringan tubuh kerang darah (Anadara granosa) yang berasal Perairan Tanjung Emas Semarang dan
Bulu jepara sudah melebihi nilai ambang batas. Oleh karena itu mengkonsumsi
kerang darah yang berasal dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Bulu Jepara
sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan.
G. Daftar Pustaka
Darmono. 1994.
Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup.
Jakarta: UI-Press.
---.2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa
logam). Jakarta: UI-
Press.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta:
Kanisius.
Lu, Frank. 1994. Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia.
Michael,
P. 1995. Metode Ekologi untuk
Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta : UI Press.
Nontji, Anugrah. 1993. Laut
nusantara. Jakarta: Djambatan
Palar,
Heryando. 1994. Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Romimohtarno. K dan S. Juwana. 1999. Biologi Laut. Jakarta: Puslitbang
Oseonologi.
Supriharyono, 2007. Konservasi
Ekosistem Sumberdaya Hayati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar