KANDUNGAN (Fe) ZAT BESI DAN (K) KALIUM YOGHURT SUSU KEDELAI DENGAN INOKULASI BAKTERI Lactobacillus bulgaricus DAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH
NANGKA (Artocarpus heterophyllus)
ABSTRACT
Soyghurt is
a drink in the
form of lactic acid fermentation
soy milk, soy
milk into yoghurt
processing begins as an unpleasant
aroma soy so that
the constraints are less preferred by consumers, therefore it needs
the addition of contruction natural.eksperiment
aims to determine
the effect of Lactobacillus bulgaricus
and the addition of Inoculation extract of jackfruit
(Artocarpus heterophyllus) to content (Fe) and (K). Research using
factorial CRD with
six treatments and
three replications. begins with the creation Soyghurt with two
independent variables, namely inoculation
of Lactobacillus bulgaricus
5% and 10% and
the addition of extract of
Jackfruit (Artocarpus heterophyllus 0%, 5%
and 10%). The results analysis of
RAL Faktorial and Multiple Linear Regression
lactobacillus bulgaricus that inoculation and
the addition of extract of jackfruit (Artocarpus heterophyllus)
showed no significant effect on the content of Fe
and K in Milk Soy Yogurt.
Key
words: Soyghurt, Jackfruit, Iron (Fe), Potassium(K).
ABSTRAK
Soyghurt merupakan
minuman berupa hasil fermentasi asam laktat terhadap susu kedelai, pengolahan
susu kedelai menjadi yoghurt dimulai karena aroma khas kedelai yang langu
sehingga menjadi kendala kurang disukai konsumen, oleh karena itu perlu
penambahan aroma alami.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Inokulasi Lactobacillus bulgaricus
dan penambahan ekstrak nangka(Artocarpus
heterophyllus) terhadap kandungan (Fe) dan (K). Penelitian menggunakan RAL
factorial dengan 6 perlakuan dan 3 kali ulangan. diawali dengan pembuatan
Soyghurt dengan 2 variabel bebas yaitu inokulasi Lactobacillus bulgaricus 5% dan 10 % dan Penambahan Ekstrak Nangka(Artocarpus heterophyllus 0%,5% dan 10%).
Hasil analisis RAL faktorial dan Regresi Linear Berganda bahwa inokulasi lactobacillus bulgaricus dan penambahan
Ekstrak nangka (Artocarpus heterophyllus)
menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata terhadap kandungan Fe dan K pada
Yoghurt Susu Kedelai.
Kata Kunci : Soyghurt,
nangka, Zat Besi (Fe), Kalium (K).
PENDAHULUAN
Yoghurt adalah produk yang diperoleh dari air susu yang telah
dipasteurisasi kemudian di fermentasi dengan bakteri tertentu sampai diperoleh
keasaman, bau dan rasa yang khas.
Bagi para penderita lactose intolerance, yoghurt dapat menjadi pengganti susu karena
laktosa sudah dirubah menjadi asam laktat sehingga aman untuk dikonsumsi. Mengkonsumsi
yoghurt yang mengandung bakteri aktif bermanfaat untuk mencegah terjadinya
keracunan akibat radikal bebas (penyebab kanker), merawat kulit, menetralkan
racun, mengurangi sulit tidur (insomnia), serta mencegah diare.
Memasuki 40 tahun ke atas, tidak satu orangpun yang dapat terhindar dari
menurunnya daya kekebalan terhadap penyakit. Apabila tingkat kekebalan terhadap
penyakit terus menurun, maka akan cepat menjadi tua. Untuk bisa terus menjaga
kesehatan tubuh, kondisi kesehatan tubuh harus seperti masa muda, maka harus
menjaga jumlah bakteri aktif dalam usus, menjadikan fungsi kekebalan terhadap
penyakit berjalan normal.Semakin banyaknya jumlah bakteri baik dalam usus, maka
akan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Ini karena bakteri baik
dapat merangsang bermacam – macam faktor pencegah penyakit.
Yoghurt susu kedelai
merupakan salah satu hasil fermentasi yang banyak mengandung gizi. Proses
fermentasi dalam bahan pangan menyebabkan pertumbuhan yang menguntungkan
seperti perbaikan bahan pangan dari segi mutu, baik dari aspek gizi maupun daya
cerna. Bakteri yang terdapat dalam yoghurt adalah Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophilus.Kedua bakteri ini mengurai laktosa (gula)
susu menjadi asam laktat dengan berbagai komponen tekstur kekentalan,
aroma, maupun cita rasa (Hidayat, 2006).
Soyghurt agar disukai masyarakat haruslah memiliki cita rasa
dan penampilan yang menarik. Salah satunya dengan menambahkan zat aditif pada yoghurt.
Zat aditif ini dapat berupa alami dan buatan. Untuk zat aditif yang alami
digunakan dari jenis buah-buahan, seperti penambahan ekstrak buah nangka (Artocarpus
heterophyllus).Penambahan
sari buah ini untuk memperkaya rasa,
agar soyghurt menjadi enak dan memiliki aroma yang harum serta bernilai gizi
tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut adapun parameter yang akan
diteliti adalah kandungan Zat besi (Fe)
dan Kalium (K) pada yoghurt susu kedelai
dengan inokulasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan penambahan ekstrak nangka
( Artocarpus heterophyllus).
Hal ini dikarenakan
kalium dan zat besi sangat penting bagi manusia. Zat besi (Fe) diperlukan dalam hemopoiesis
(pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb). Sedangkan Kalium digunakan
untuk membantu kinerja otot dan syaraf pada tubuh manusia agar bekerja dengan
baik.
Permasalahan
“ Bagaimanakah pengaruh jumlah inokulasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan penambahan ekstrak
nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap kandungan Zat Besi dan Kalium pada yoghurt susu kedelai.”
Hipotesis
“Ada pengaruh pengaruh penambahan ekstrak buah
nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap kandungan Zat Besi dan Kalium pada
yoghurt susu kedelai dengan inokulasi bakteri Lactobacillus bulgaricus”.
Material dan Metode
Penelitian ini menggunakan RAL Faktorial dengan
6 perlakuan dan 3 kali ulangan. Dengan dosis Lactobacillus
bulgaricus 5 % dan 10% serta Penambahan Ekstrak Buah
Nangka 0%, 5% dan 10%.
penelitian diawali dengan pembuatan susu kedelai di Laboratorium Biologi IKIP PGRI Semarang kemudian pembuatan soyghurt di
Laboratorium Mikrobiologi Akademi Kimia Industri (AKIN), mulai dari bulan
Desember 2011 sampai April 2012. Dilanjutkan dengan analisis
kandungan Zat Besi dan Kalium dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometri) di
Laboratorium ilmu Pangan (UNIKA). Data dianalisis dengan Anava dilanjutkan
dengan Uji Regresi Linear Berganda.
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah Buah Nangka, Susu kedelai, Gula (laktosa), Metylen blue, Indikator
univerasal, benang kasur, Nutrient agar, Biakan Lactobacillus bulgaricus. Alat yang digunakan adalah Tabung
reaksi,Gelas ukur, timbangan, Pipet tetes, Pembakar tiga kaki, Beaker glass, Corong
saring, Termometer, pengaduk, Cawan petri, Labu erlemeyer, Botol kaca dan
penutup, Objek glass, desk glass, Mikroskop, jarum ose, Pressure cooker,
Inkubator, oven listrik, Blender, gelas organoleptik, Inkas dan kompor gas.
Metode yang digunakan dalam pembuatan susu
kedelai adalah Pembersihan dan pencucian,
biji dibersihkan dari kotoran lalu dicuci sampai bersih. Pencucian
dilakukan sampai air bilasan tampak jernih.Perendaman, biji direndam di dalam air
selama 8 jam. Air diganti setiap 2 jam. Setelah itu kedelai ditiriskan. Perebusan,
kedelai dimasukkan ke dalam air mendidih. Hal ini menyebabkan suhu air
turun, besar api diatur sehingga suhu bertahan antara 85°C sampai 90°C.
Perendaman di dalam air panas ini berlangsung selama 10 menit.Penyiapan air panas, air bersih
dipanaskan sampai suhunya 90°C. Penggilingan,
bii kedelai dihaluskan dengan
blender sampai menjadi bubur kedelai. Penggilingan dilakukan sambil ditambahkan
air panas. Jika air panas yang disediakan tidak habis untuk menggiling, sisa
air dicampukan dengan bubur kedelai, kemudian diaduk selama 3 menit.Penyaringan, bubur kedelai disaring dan diperas dengan
kain saring rangkap dua. Cairan yang diperoleh disebut sebagai susu kedelai
mentah.Penambahan gula, susu kedelai mentah dipanaskan pada suhu 80°C selama
30 menit sambil diaduk dan ditambahkan gula (laktosa). Tiap 1 liter susu
kedelai ditambah dengan 100-150 gram gula. Jika berbuih, maka buih tersebut
dibuang. Setelah itu, susu kedelai didinginkan sampai suhu 40°C. Kemudian di lanjutkan Proses
fermentasi,Penambahan starter dengan cara susu kedelai hangat ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus. Setelah itu,
dilakukan pengadukan sampai gumpalan starter larut semua. Selanjutnya susu
kedelai tersebut dimasukkan ke
dalam botol kaca dan ditutup.Kemudian
diInkubasi, susu tersebut disimpan di dalam inkubator
pada suhu 40°C selama 1 X 24 jam. Hasil fermentasi disebut soyghurt.Ekstrak
buah nangka ditambahkan pada susu sesudah diinkubasi. Setelah ditambahkan
ekstrak buah nangka, soyghurt diinkubasi
kembali selama 1 X 24 jam (Cahyadi, 2009).
Lokasi dan waktu penelitian
Pelaksanaan
penelitian diawali dengan pembuatan susu kedelai di Laboratorium Pendidikan
Biologi IKIP PGRI SEMARANG dilanjutkan dengan pembuatan soyghurt di
Laboratorium Mikrobiologi Akademi Kimia Industri (AKIN). Penelitian
dilaksanakan mulai dari 1 Desember 2011 sampai dengan 1 April 2012. Setelah
itu, dilanjutkan dengan analisis kandungan (Fe) dan (K) di Laboratorium Ilmu
Pangan, Jurusan Teknologi Pangan, UNIKA.
Objek
penelitiannya yaitu kandungan (Fe) Zat Besi dan K (Kalium) pada yoghurt susu
kedelai dengan inokulasi
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan penambahan ekstrak buah nangka (Artocarpus
heterophylls).
Hasil dan pembahasan
Pada
kandungan (Fe) Zat Besi di analisis dengan
Anava didapatkan nilai F hitung = 0 dan galat 0, sehingga Anava dan UJGD
tidak bisa digunakan. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda didapatkan nilai Fhitung (2,63) < Ftabel (3,68) pada taraf 5%, dan kandungan (K) Kalium nilai Fhitung (0,545) < Ftabel (3,68) pada taraf 5%,
Fhitung digunakan
untuk menunjukkan pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel
terikat yaitu kandungan Fe dan K atau untuk menunjukkan tingkat signifikan pengaruh variabel bebas
(X) terhadap variabel terikat (Y), nilai Fhitung zat besi (2,63) < Ftabel
(3,68) dan Fhitung (0,545) < Ftabel
(3,68) pada
taraf 5%, maka Ho
diterima, Ha ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penambahan inokulasi bakteri dan ekstrak
nangka tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan (Fe)
dan (K) pada yoghurt susu kedelai.
Walaupun tidak significan namun ada kecenderungan peningkatan kandungan Fe (Zat Besi) pada
inokulasi Lactobacillus bulgaricus
dan penambahan ekstrak nangka (Artocarpus
heterophyllus) pada konsentrasi 5% dan 10%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bakteri dan ekstrak nangka (Artocarpus heterophyllus) maka semakin
meningkat kandungan (Fe) Zat Besi.
Hal
ini dikarenakan bahan dasar dalam pembuatan Soyghurt tinggi akan Zat Besi yaitu
terdapat dalam biji kedelai. Menurut Cahyadi (2007:27) kandungan Fe (Zat Besi)
yang terdapat dalam biji kedelai yang dibuat sebagai soyghurt mengandung 1,2
mg. Verheij (1997:97) menyatakan bahwa didalam buah nangka terdapat kandungan
(Fe) Zat Besi 0,4-1,1 mg.
Bakteri asam laktat termasuk genera Lactobacillus, sejak lama sudah
digunakan dalam proses fermentasi untuk mempertahankan kualitas gizi sejumlah
makanan. Fungsi utama dari biakan starter adalah menghasilkan asam laktat pada
suatu tingkat yang sesuai untuk menjamin terjadinya proses fermentasi yang
konsisten dan berhasil baik Soeharsono (2010:92).
Kandungan (K) Kalium Pada dosis
inokulasi Lactobacillus bulgaricus
5% terjadi penurunan dibandingkan inokulasi Lactobacillus bulgaricus 10%. Dapat di lihat pada gambar 6.
Namun pada gambar 7 terlihat penurunan kandungan kalium dengan 5% tambahan
ekstrak nangka, dan naik tinggi kandungannya ketika ditambahkan 10% ekstrak
nangka. Jadi dalam nangka banyak kandungan kalium. Verheij(1997:97) menyatakan
bahwa di dalam daging buah nangka kandungan mineral kaliumnya sebanyak 407 mg.
Kemungkinan mineral makro sejenis
kalium di gunakan oleh bakteri sebagai nutrisi pertumbuhannya dan penyusun sel
tubuhnya sehingga cenderung menurunkan kandungan (K) Kalium pada tambahan 5%
nangka. Menurut Soeharsono(2010), pada fase
pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus membutuhkan bahan-bahan organik
untuk pertumbuhannya dan menghasilkan energi.Bakteri asam laktat membutuhkan disamping sumber karbon
dan nitrogen, sebagian dalam bentuk asam amino, beberapa vitamin, zat tumbuh
dan mineral terutama jenis mineral makro. (Buckle,
2010:96) menyatakan bahwa banyaknya zat- zat gizi yang tersedia dalam bahan
pangan membantu pertumbuhan beberapa jenis bakteri asam laktat, sehingga
biasanya terjadi fermentasi campuran. Bahan-bahan pangan yang mengandung gula
memberi energi bagi proses metabolik mikroorganisme, tetapi protein, lemak,
vitamin, asam – asam nukleat dan mineral sangat penting untuk sintesa zat
penyusun sel. Kebanyakan bahan pangan mengandung zat-zat tersebut dalam jumlah
cukup untuk pertumbuhan aktif organisme-organisme fermentatif. Jadi disamping
karbohidrat, bahan pangan yang di ubah selama fermentasi, makanan berprotein,
lemak dan asam-asam nukleat juga dapat dipecah yang berpengaruh pada flavour
dan tekstur bahan pangan.
Tabel Uji Organoleptik
Kriteria
|
Sampel
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Rasa
|
2,67
|
1,17
|
1,5
|
3
|
2,83
|
3,3
|
Tekstur
|
4,83
|
2,17
|
3
|
2,83
|
4,5
|
4,17
|
Aroma
|
3,5
|
2,67
|
3,17
|
4
|
4,3
|
3,5
|
Warna
|
3,3
|
2,17
|
3,67
|
3,17
|
4,5
|
4
|
Tampilan
|
4,3
|
1,83
|
2,83
|
2,17
|
4,3
|
4,67
|
Jumlah
|
18,6
|
10,01
|
14,17
|
15,17
|
20,43
|
19,64
|
Keterangan:
Sampel 1 = Lactobacillus bulgaricus 5% + ekstrak nangka 5% (A1B1)
Sampel 2 = Lactobacillus bulgaricus 10% + ekstrak nangka 5% (A2B1)
Sampel 3 = Lactobacillus bulgaricus 10% + ekstrak nangka 0% (A2B0)
Sampel 4 = Lactobacillus bulgaricus 10% + ekstrak nangka 10% (A2B2)
Sampel 5 = Lactobacillus bulgaricus 5% + ekstrak nangka 10% (A1B2)
Sampel 6 = Lactobacillus bulgaricus 5% + ekstrak nangka 0% (A1B0)
Pada tabel 12 di atas, terlihat bahwa panelis lebih menyukai sampel
nomor 5 yakni perlakuan A1B2 yaitu dengan inokulasi bakteri Lactobacillus bulgaricus 5% dan ekstrak
buah nangka 10% didapatkan nilai sebanyak 20,43. Hal ini dikarenakan pada sampel yoghurt
susu kedelai perlakuan A1B2 memiliki rasa yang asam,
tekstur lembut kental, aroma harum yoghurt, warna putih agak kuning, dan
tampilan sangat menarik..Selain
itu juga konsentrasi aroma ekstrak nangka 10% menjadikan diminatinya oleh
panelis karena keharuman aroma dari nangka. Menurut Winarno (2004:207) aroma
buah- buahan di sebabkan oleh berbagai ester yang bersifat Volatil. Pada buah- buahan, produksi
senyawa aroma ini meningkat ketika mendekati masa klimakterik. Usaha – usaha
mengekstraksi senyawa aroma dari bahan pangan meningkat sejalan dengan usaha
untuk mengidentifikasi senyawa aroma tersebut. Hal ini akhirnya menyebabkan
timbulnya usaha mengekstraksi dengan keuntungan menambah aroma dari bahan
pangan.
Tekstur semi padat pada yoghurt disebabkan karena
adanya penurunan nilai pH yang menyebabkan protein susu menggumpal sehingga
terbentuk gel. Gel yang terbentuk menyebabkan soyghurt memiliki tekstur semi
padat. Selain pH, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekstur yoghurt, yaitu
perlakuan pada suhu sebelum diinokulasikan, ketersediaan nutrisi, bahan-bahan
pendorong, produksi metabolis oleh Lactobacilus
bulgaricus, interaksi dengan bakteri biakan lainnya, penanganan bakteri
sebelum digunakan dan juga ada atau tidaknya antibiotika dalam susu.Sifat
yoghurt di pengaruhi oleh kandungan lemak susu yang di gunakan, selain itu
karakteristik sifat yoghurt di tentukan oleh kultur bakteri asam laktat yang
digunakan. Titiek (2006:77-78).
Proses fermentasi di harapkan juga dapat
mengurangi aroma langu karena pada proses fermentasi susu kedelai akan di
hasilkan asam – asam organik yang dapat meningkatkan citarasa. Namun dari hasil
penelitian yoghurt susu kedelai dengan ekstrak nangka belum mampu menutupi
aroma langu pada soyghurt yang di hasilkan yaitu terlihat pada perlakuan A2B1. Pada perlakuan inokulasi
bakteri Lactobacillus bulgaricus 10 %
dan ekstrak nangka 5 % masih di rasakan oleh panelis bau tengik atau langu.
Menurut Winarno(1993:250) bahwa timbulnya rasa langu disebabkan oleh
kerja enzim lipoksigenase yang terdapat dalam biji kedelai. Terjadinya langu
muncul terutama waktu pengolahan, yaitu setelah tercampurnya lipoksigenase
dengan lemak kedelai. Hasil reaksi tersebut menghasilkan berbagai senyawa, yang
terdiri paling sedikit atas delapan snyawa yang mudah menguap. Dari hasil
penelitian senyawa yang paling banyak menghasilkan rasa dan bau langu adalah
etil venil keton. Untungnya lipoksigenase sangat labil terhadap panas dan
gampang menjadi tidak berdaya lagi dengan perendaman pada suhu 80°C selama
10-15 menit, sebelum kedelai digiling pada pembuatan susu kedelai.
Warna putih
agak kuning pada soyghurt ini
kemungkinan disebabkan karena kedelai dalam pembuatan susu. Selain itu, adanya
penambahan ekstrak buah nangka yang berwarna kuning juga turut mempengaruhi
munculnya warna kuning pada soyghurt. Selain itu dipengaruhi oleh
komposisi bahan baku susu dan penambahan bahan lain seperti pemanis atau gula,
namun dalam penelitian ini hanya ditambahkan laktosa untuk nutrisi bakterinya. Penambahan gula ke
dalam susu akan menghasilkan warna yoghurt yang sedikit lebih gelap
dibandingkan dengan yoghurt yang dibuat dari susu tanpa penambahan gula. Yoghurt yang terlalu asam akan menghasilkan
aroma yang terlalu tajam. Namun menurut (Nurzainah ginting 2005:75)
warna kuning akibat sumbangan dari karoten dari lemak susu menyebabkan warna
susu maupun soyghurt menjadi
kekuningan.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Tidak ada
pengaruh yang signifikan inokulasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan penambahan ekstrak nangka (Artocarpus
heterophyllus) antar semua perlakuan terhadap kandungan Zat
Besi(Fe) dan Kalium (K). Pada perlakuan A1B2 yaitu dengan inokulasi bakteri Lactobacillus bulgaricus 5% dan ekstrak
buah nangka 10% didapatkan persentase sebanyak 22%. Aroma ekstrak nangka 10% menjadikan
diminatinya oleh panelis karena keharuman aroma dari nangka yang meningkatkan minat
panelis dalam mengkonsumsinya.
Daftar pustaka
Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: UI Press
Cahyadi, wisnu. 2009. Kedelai:
Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Gomez, Arturo. A dan Gomez,A.K.1995. Prosedur Statistic Untuk Penelitian Pertanian Cetakan Pertama Edisi
ke-2. Jakarta: UI Press
Heyne,
K,1987. Tumbuhan Berguna Indonesia
Cetakan I. Jakarta : Badan Litbang Kehutanan.
Nurzainah,
Ginting. 2005. Pengaruh Temperatur dalam
pembuatan Yoghurt dari berbagai jenis susu dengan menggunakan lactobacillus
bulgaricus dan streptococcus thermophillus.http://www.jurnal agrtibisnis
peternakan.com/2010523/trip.htm.
Soeharsono, Prof, Dr. 2010. Probiotik:
Basis Ilmiah, Aplikasi, dan Aspek Praktis. Bandung: Widya Padjadjaran.
Titiek, F.Fajar dan Endang S.Rahayu. 2006.
Karakteristik yoghurt dengan inokulum Lactobacillus sp yang di isolasi dari
makanan fermentasi tradisional. 73-80 Yogjakarta.
http://www.Agros.com/2012104/trip.htm.
Verhejj, E.W.M dan R.E Coronel.1997. PROSEA
Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 : Buah- buahan yang dapat di makan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Widodo,
W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu.
Universitas Muhammadiyah Malang.http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2010/01/Fermentasi
/Susu.pdf
Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
------. 2004.
Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar