Kerang darah hidup di laut terutama di daerah litoral.
Kerang darah hidup di dasar perairan yang berpasir. Kerang
darah (Anadara granosa) masuk dalam kelas Lamellibranchiata
bersama dengan tiram, remis, dan sebangsanya. Kerang darah berbentuk simetri bilateral, mempunyai cangkang setangkup. Kerang darah dan sebangsanya mempunyai dua cangkang di kedua sisi
tubuh. Oleh karena itu, cangkang ini disebut
tangkup (valve) yang jumlahnya dua
buah sehingga sering dikenal dengan Bivalvia. Kerang darah memiliki kelamin yang
terpisah, menyebar telur dan sperma ke air untuk pembuahan (Romimohtarto dan
Juwana, 1999:184 ).
Berikut ini klasifikasi kerang darah menurut Romimohtarto dan Juwana
(1999) sebagai berikut.
Phylum : Mollusca
Classis :
Lamellibranchiata
Ordo :
Arcoida
Familia : Arcidae
Subfamilia :
Anadarinae
Genus :
Anadara
Spesies : Anadara granosa
Nama Indonesia :
Kerang darah
Pada
dasarnya tubuh kerang darah
pipih secara lateral dan seluruh tubuh tertutup dua keping cangkang yang
berhubungan di bagian dorsal dengan adanya “hinge ligament” yaitu semacam pita
elastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk (conchiolin) sama dengan periostrakum,
bersambung dengan periostrakum cangkang. Kedua keping cangkang pada bagian
dalamnya juga ditautkan oleh sebuah otot aductor anterior dan sebuah otot
aductor posterior, yang bekerja secara antagonis dengan hingge ligamen. Bila
otot aduktor rileks, ligamen berkerut, maka kedua keping cangkang akan terbuka,
di bawah hinge ligamen terdapat gigi atau tonjolam pada keping yang satu dengan
lekukan atau alut pada keping
yang lain (Suwignyo, 2005: 146).
Kerang darah tidak memiliki radula seperti Gastropoda. Mereka mendapatkan makanan dengan cara menyaring dengan
sistem sifon. Mereka tidak mempunyai kepala atau tentakel yang nyata.
Cangkangnya terdiri atas tiga lapisan, yatu sebagai berikut (Romimohtarto dan Juwana, 2001: 184). Lapisan luar tipis, hampir berupa bahan
seperti kulit, hanya lebih keras dan disebut periostracum. Lapisan kedua yang tebal, terbuat dari kalsium karbonat. Lapisan dalam terdiri dari “mother of pearl”,
dibentuk oleh selaput mantel dalam bentuk lapisan tipis. Lapisan ini yang
membuat cangkang menebal saat kerang bertambah tua. Bagian tertua dari cangkang terletak di gabungan engsel
yang disebut umbo. Kedua cangkang membuka dan menutup oleh otot pengikat
(adductor muscle).
Periostrakum merupakan
lapisan cangkang pada kerang darah yang
paling luar, dan menutupi dua lapisan kapur atau lebih di bawahnya (di
dalam). Lapisan luar kapur tersebut terdiri dari aragonit atau campuran
aragonit dan calcite, yang tersusun sebagai bentuk prisma, bilah – bilah, atau
lembaran – lembaran (mutiara, nacre), bentuk lensa atau bentuk lain yang lebih
kompleks. Semua bentuk – bentuk tersebut selalu tertanam dalam suatu kerangka
organik. Mantel pada Pelecypoda
berbentuk jaringan tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah
cangkang. Pada tepi mantel terdapat tiga lipatan tengah, dalam dan luar.
Lipatan dalam adalah yang paling tebal, dan berisi otot radial dan otot
melingkar. Lapisan tengah mengandung alat indera. Lapisan luar sebagai
penghasil cangkang (Suwignyo, 2005: 147).
Pada umumnya kerang darah memperoleh makanannya
dengan menyaring partikel-partikel yang terdapat dalam air laut. Insangnya
mempunyai rambut-rambut getar yang menimbulkan arus yang mengalir masuk ke
dalam mantelnya, sekaligus menyaring plankton makanannya dan memperoleh oksigen
untuk respirasinya. Kerang darah bernafas dengan
menggunakan insang yang terdapat dalam rongga mantelnya. Kerang-kerang yang
hidup dengan cara membenamkan diri dalam pasir atau lumpur mempunyai tabung
yang disebut sifon yang terdiri dari saluran untuk memasukan air dan saluran
lainnya untuk mengeluarkan. Makin dalam kerang membenamkan diri, makin panjang
sifonnya. Bentuk cangkang pada kerang mempengaruhi kedalaman kerang dalam
membenamkan diri. Kerang darah (Anadara
granosa) tidak menggali dalam-dalam tetapi hanya tepat dibawah permukaan
(Nontji, 2005: 110). Berikut adalah fase hidup dari kerang darah.
Kerang darah
memiliki kaki yang berbentuk pipih secara lateral dan mengarah
ke anterior sebagai adaptasi untuk meliang atau menggali substrat. Gerak kaki menjulur
diatur oleh kombinasi tekanan darah dan otot protaktor anterior, dan gerak
menarik kaki ke dalam cangkang oleh sepasang otot retraktor anterior dan
posterior, untuk merayap dalam substrat lumpur dan pasir (Suwignyo, 2005: 149).
Menurut
Benson et al. (2001), insang pada kerang darah terdiri atas banyak filamen yang berhubungan untuk membentuk lembaran
atau lamellae. Masing-masing insang memiliki empat lamellae dan diposisikan
dalam rongga mantel sedemikian rupa sehingga satu cabang dari bagian yang
berbentuk huruf-W tadi
berhubungan dengan mantel dan cabang lainnya berhubungan dengan bagian kaki
atau visceral mass. Karena itu insang secara efektif membagi rongga mantel ke
dalam beberapa rongga. Rongga yang besar di bawah insang disebut rongga inhalent, sedangkan rongga di atas insang
merupakan rongga exhalent
Beberapa kerang jenis Bivalvia, seperti
kerang darah, permukaan insangnya meluas karena membentuk lipatan (plica).
Ini merupakan adaptasi untuk dapat hidup pada substrat yang kasar. Plica pada
permukaan insang tersebut memungkinkan filtrasi untuk partikel besar, sementara
silia pada filamen berfungsi untuk filtrasi partikel
yang lebih halus. Struktur filament dibedakan menjadi filamen
utama dan biasa, maka disebut insang heterorhabdic.
Filamen utama terletak di palung dari
lipatan, terpisah satu sama lain dengan jumlah 10-20 filamen biasa. Berbeda
dengan insang homorhabdic yang hanya
memiliki sebuah filamen (Golsing, 2002: ).
Beberapa jenis kerang paling populer di Indonesia adalah kerang darah (Anadara granosa), kerang gelatik (Anadara pilula), kerang bulu (Anadara antiquata). Kerang darah
terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan kedalaman 10 m
sampai 30 m. Semua spesies kerang tersebut biasanya dijajakan sebagai kerang
rebus atau di buat sate kerang. Dilihat dari harganya kerang darah termasuk
salah satu kerang yang sangat ekonomis karena harganya murah kira-kira 7.000/kg.
Selain itu, kerang darah juga memiliki rasa yang enak dan mengandung protein
yang tinggi (Suwignyo, 2005: 158).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar