LAPORAN
PRAKTIKUM EKOLOGI
FAKTOR
PEMBATAS LINGKUNGAN
- Tujuan
1. Mengkaji
faktor-faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pembatas pada ekosistem
hutan.
2. Mengkaji
faktor-faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pembatas pada ekosistem
padang rumput.
3. Mengkaji
faktor-faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pembatas pada ekosistem
sungai.
- Dasar Teori
Setiap organisme didalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh berbagai hal
disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme
tersebut disebut faktor lingkungan. Lingkungan mempunyai dimensi ruang dan
waktu, yang berarti kondisi lingkungan tidak mungkin seragam baik dalam arti ruang
maupun waktu. Kondisi lingkungan akan berubah sejalan dengan perubahan ruang,
dan akan berubah pula sejalan dengan waktu. Organisme hidup akan bereaksi
terhadap variasi lingkungan ini , sehingga hubungan nyata antara lingkungan dan
organisme hidup ini akan membentuk komunitas dan ekosistem tertentu, baik
berdasarkan ruang maupun waktu. Ada dua hukum yang berkenaan dengan faktor
lingkungan sebagai faktor pembatas bagi organisme , yaitu Hukum Minimum Liebig
dan Hukum Toleransi Shelford. (Susatyo,2003)
Hukum Minimum dari Liebig
Dalam tahun 1840 Justus von Liebig,
seorang pakar kimia dari Jerman, memprakarsai suatu kajian dalam pengaruh
berbagai faktor terhadap pertumbuhan tanaman . Dia berpendapat bahwa hasil dari
suatu panen tanaman sering dibatasi oleh nutrisi yang diperlukan dalam jumlah
yang banyak seperti karbon dan air. Dia menemukan bahwa kekurangan posfor
seringkali merupakan faktor yang membatasi pertumbuhan tanaman tersebut.
Penemuan ini membawa pada pemikiran bahwa adanya faktor penentu yang mungkin
membatasi produktivitas tanaman. Tumbuhan untuk dapat hidup dan tumbuh
dengan baik membutuhkan sejumlah nutrien tertentu (misalnya unsur-unsur nitrat
dan fosfat) dalam jumlah minimum. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka
pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu. Dalam hal ini unsur-unsur
tersebut sebagai faktor ekologi berperan sebagai faktor pembatas. (polunin,1997)
Pemikirannya, pada saat itu, kemudian
dikembangkannya menjadi hukum yang terkenal dengan “hukum minimum”,
yang dinyatakan sebagai berikut: Pertumbuhan dari tanaman tergantung pada
sejumlah bahan makanan yang berada dalam kuantitas terbatas atau sedikit
sekali.
Hukum minimum
hanya berperan dengan baik untuk materi kimia yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan reproduksi. Liebig tidak mempertimbangkan peranan faktor lainnya, baru
kemudian peneliti lainnya mengembang pertanyaannya yang menyangkut faktor suhu
dan cahaya. Sebagai hasilnya mereka menambahkan dua pertanyaan, yaitu:
- Hukum ini berlaku hanya dalam kondisi keseimbangan yang dinamis atau steady state. Apabila masukan dan keluaran energi dan materi dari ekosistem tidak berada dalam keseimbangan, jumlah berbagai substansi yang diperlukan akan berubah terus dan hukum minimum tidak berlaku.
- Hukum minimum harus memperhatikan juga asana interaksi diantara faktor-faktor lingkungan. Konsentrasi yang tinggi atau ketersediaan yang melimpah dari sesuatu substansi mungkin akan mempengaruhi laju pemakaian dari substansi lain dalam jumlah yang minimum. Sering juga terjadi organisasi hidup memanfaatkan unsur kimia tambahan yang mirip dengan yang diperlukan yang ternyata tidak ada di habitatnya. (polunin,1997)
Dalam ekologi tumbuhan
faktor lingkungan sebagai faktor ekologi dapat dianalisis menurut
bermacam-macam faktor. Satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut dikatakan
penting jika dapat mempengaruhi atau dibutuhkan, bila terdapat pada taraf
minimum, maksimum atau optimum menurut batas-batas toleransinya. (Odum,1993)
Hukum Toleransi dari
Shelford
Salah satu
perkembangan yang paling berarti dalam kajian faktor lingkungan terjadi pada
tahun 1913 ketika Victor Shelford mengemukakan hukum toleransi.
Hukum ini mengungkapkan pentingnya toleransi dalam menerangkan distribusi dari
jenis.
Hukum toleransi menyatakan bahwa untuk setiap
faktor lingkungan suatu jenis mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum yang
dapat dipikulnya, diantara kedua harga ekstrim ini merupakan kisaran toleransi
dan termasuk suatu kondisi optimum.
Hukum
Toleransi Shelford menyatakan bahwa untuk setiap faktor lingkungan suatu janis organisme
mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum yang mampu diterimanya, diantara
kedua harga ekstrim tersebut merupakan kisaran toleransi dan didalamnya
terdapat sebuah kondisi yang optimum. Dengan demikian setiap organisme hanya
mampu hidup pada tempat-tempat tertentu saja, yaitu tempat yang cocok yang
dapat diterimanya. Diluar daerah tersebut organisme tidak dapat bertahan hidup
dan disebut daerah yang tidak toleran. (Odum,1993)
Dalam
ekologi pernyataan taraf relatif terhadap faktor-faktor lingkungan dinyatakan
dengan awalan steno (sempit) atau eury (luas) pada kata yang menjadi faktor
lingkungan tersebut. Misalnya toleransi yang sempit terhadap suhu udara disebut
stenotermal atau toleransi yang luas terhadap kadar pH tanah, disebut
euryionik. Pengaruh faktor-faktor lingkungan dan kisarannya untuk suatu
tumbuh-tumbuhan berbeda-beda, karena satu jenis tumbuhan mempunyai kisaran
toleransi yang berbeda-beda menurut habitat dan waktu yang berlainan. Tetapi
pada dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas
unsur-unsur faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien dan faktor fisik,
misalnya suhu udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan
terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan tersebut. (Odum,1992)
Meskipun
Hukum Minimum Liebig dan Hukum Toleran shelford pada dasarnya benar namun hukum
ini masih terlalu kaku, sehingga kedua hukum tersebut digabungkan menjadi
konsep faktor pembatas. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kehadiran dan
keberhasilan suatu organisme tergantung pada kondisi-kondisi yang tidak
sederhana. Organisme di alam dikontrol tidak hanya oleh suplai materi yang
minimum diperlukannya, tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang keadaannya
kritis. Faktor apapun yang kurang atau melebihi batas toleransinya mungkin akan
merupakan pembatas dalam pertumbuhan dan penyebaran jenis. (Odum,1992)
Di
dalam hukum toleransi Shelford dikatakan bahwa besar populasi dan penyebaran
suatu jenis makhluk hidup dapat dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas
toleransi maksimum atau minimum dan mendekati batas toleransi maka populasi
atau makhluk hidup itu akan berada dalam keadaan tertekan (stress), sehingga
apabila melampaui batas itu yaitu lebih rendah dari batas toleransi minimum
atau lebih tinggi dari batas toleransi maksimum, maka makhluk hidup itu akan
mati dan populasinya akan punah dari sistem tersebut. Untuk menyatakan derajat
toleransi sering dipakai istilah steno untuk sempit dan euri untuk luas.
Cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang
penting untuk daratan, sedangkan cahaya, temperatur dan kadar garam merupakan
faktor lingkungan yang penting untuk lautan. Semua faktor fisik alami tidak
hanya merupakan faktor pembatas dalam arti yang merugikan akan tetapi juga merupakan
faktor pengatur dalam arti yang menguntungkan sehingga komunitas selalu dalam
keadaan keseimbangan atau homeostatis.(Odum,1993)
Pengertian
tentang faktor lingkungan sebagai faktor pembatas kemudian dikenal sebagai
Hukum faktor pembatas, yang dikemukakan oleh F.F Blackman, yang menyatakan:
jika semua proses kebutuhan tumbuhan tergantung pada sejumlah faktor yang
berbeda-beda, maka laju kecepatan suatu proses pada suatu waktu akan ditentukan
oleh faktor yang pembatas pada suatu saat. (Odum,1993)
Faktor Fisik
Sebagai Faktor Pembatas, Lingkungan Mikro dan Indikator Ekologi
Lingkungan mikro merupakan suatu habitat organisme yang mempunyai hubungan faktor-faktor fisiknya dengan lingkungan sekitar yang banyak dipengaruhi oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro ini dapat menghasilkan komunitas yang berbeda. Suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan indikator biologi adalah:
Lingkungan mikro merupakan suatu habitat organisme yang mempunyai hubungan faktor-faktor fisiknya dengan lingkungan sekitar yang banyak dipengaruhi oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro ini dapat menghasilkan komunitas yang berbeda. Suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan indikator biologi adalah:
a)
Umumnya
organisme steno, yang merupakan indikator yang lebih baik dari pada organisme
euri. Jenis tanaman indikator ini sering bukan merupakan organisme yang
terbanyak dalam suatu komunitas.
b)
Spesies
atau jenis yang besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik dari pada
spesies yang kecil, karena spesies dengan anggota organisme yang besar
mempunyai biomassa yang besar pada umumnya lebih stabil. Juga karena turnover
rate organisme kecil sekarang yang ada/hidup mungkin besok sudah tidak
ada/mati. Oleh karena itu, tidak ada spesies algae yang dipakai sebagai
indikator ekologi.
c)
Sebelum
yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan digunakan sebagai
indikator, seharusnya kelimpahannya di alam telah diketahui terlebih dahulu.
d)
Semakin
banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas seringkali menjadi faktor
yang semakin baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu spesies.
(Polunin,1997)
Semua
faktor lingkungan dapat bertindak sebagai faktor pembatas bagi suatu organisme,
baik secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Beberapa faktor lingkungan yang
sering menjadi faktor pembatas bagi organisme secara umum adalah :
1.
Cahaya
Matahari
Cahaya Matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena
sebagai sumber energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari
suatu ekosistem sangat ditentukan oleh radiasi matahariyang sampai pada
ekosistem tersebut. Cahaya matahari, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak
dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme tertentu.
2.
Suhu
Udara
Suhu merupakan
faktor lingkungan yang dapat berperan langsung maupun tidak langsung terhadap
suatu organisme. Suhu berperan dalam mengontrol proses-proses metabolisme dalam
tubuh serta berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya terutama suplai air.
3.
Air
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena semua
organisme hidup memerlukan air. Air dalam biosfer ini jumlahnya terbatas dan
dapat berubah-ubah karena proses sirkulasinya. Siklus air dibumi sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan air tawar pada setiap ekosistem pada akhirnya
akan menentukan jumlah keragaman organisme yang dapat hidup dalam ekosistem
tersebut.
4.
Ketinggian
Tempat
Ketinggian
suatu tempat diukur mulai dari permukaan air laut. Semakin tinggi suatu tempat,
keragaman gas-gas udara semakin rendah sehingga suhu suhu udara semakin rendah.
5.
Kuat
arus
Kuat arus dalam suatu perairan
sungai sangat menentukan kondisi substrat dasar sungai, suhu air, kadar
oksigen, dan kemampuan organisme untuk mempertahankan posisinya diperairan
tersebut. Semakin kuat arus air, semakin berat organisme dalam mempertahankan
posisinya. (Polunin,1997)
Faktor pembatas dalam ekosistem perairan sungai adalah :
Ø Cahaya matahari
Cahaya Matahari merupakan faktor
lingkungan yang sangat penting, karena sebagai sumber energi utama bagi seluruh
ekosistem. Struktur dan fungsi dari suatu ekosistem sangat ditentukan oleh
radiasi matahariyang sampai pada ekosistem tersebut. Cahaya matahari, baik
dalam jumlah sedikit maupun banyak dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme
tertentu.
Ø Air.
Air merupakan faktor lingkungan yang
sangat penting, karena semua organisme hidup memerlukan air. Air dalam biosfer
ini jumlahnya terbatas dan dapat berubah-ubah karena proses sirkulasinya.
Siklus air dibumi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air tawar pada
setiap ekosistem pada akhirnya akan menentukan jumlah keragaman organisme yang
dapat hidup dalam ekosistem tersebut.
Ø Suhu.
Air mempunyai beberapa sifat unik
yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurangi perubahan
suatu sampai tingkat minimal, sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan
perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada di udara. Sifat yang terpenting
adalah : panas jenis, panas fusi, dan panas evaporasi.
Ø Kejernihan
Penetrasi cahaya sering kali
dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa dimana
habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan
oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap, sering kali penting sebagai faktor
pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran
kekeruhan merupakan indikasi produktifitas.
Ø Arus
Air cukup “padat”, maka arah arus
amat penting sebagai faktor pembatasan, terutama pada aliran air. Disamping
itu, arus sering kali amat menentukan distribusi gas yang fital, garam dan
organisme yang kecil. Kuat arus dalam suatu perairan sungai sangat menentukan
kondisi substrat dasar sungai, suhu air, kadar oksigen, dan kemampuan organisme
untuk mempertahankan posisinya diperairan tersebut. Semakin kuat arus air,
semakin berat organisme dalam mempertahankan posisinya.
Ø Zona air deras
Daerah yang airnya dangkal dimana
kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan
dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh
berbagai bentos yang telah beradapatasi khusus misalnya derter.
Ø Zona air tenang
Bagian air yang dalam dimana
kecepatan arus suda berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap
di dasar, sehingga dasarnya lunak tidak sesuai dengan bentos tetapi sesuai
untuk penggali nekton dan plankton. (Odum,1997)
- Alat
dan bahan
1.
Thermometer
2.
Anemometer
3.
Lux-meter
4.
Higrometer
5.
Soil Tester
6.
pH meter
7.
Meteran
8.
Jala Surber
9.
Jaring Plankton
V.
Pembahasan
Faktor Pembatas pada Ekosistem Sungai
Faktor lingkungan akan mempengaruhi
komponen biotic dalam ekosistem sungai. Factor-faktor tersebut diantaranya
intensitas cahaya, suhu udara, suhu air, kelembaban udara, pH air, kecerahan
air, kekeruhan air, kedalaman air, dan kecepatan arus air. Semua factor
lingkungan tersebut dapat beertindak sebagai factor pembatas bagi organisme
sungai di Tenjomoyo, baik secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Dengan
adanya factor pembatas akan mempengaruhi kehidupan organisme sungai untuk
bertahan hidup. Pada ekosistem sungai dapat dibuat skema factor yang
mempengaruhi organisme (makhluk hidup) yang ada di sungai Tenjomoyo berdasarkan
data organisme yang ada di ekosistem sungai ketika kami mengamatinya.
Alga
|
lumut
|
udang
|
ikan
|
katak
|
Anggang-anggang
|
·
Intensitas cahaya
·
Kelembab an udara
·
Suhu air
·
pH air
·
kecepatan arus
·
kekeruhan
|
·
kelembab an udara
·
suhu udara
·
pH air
·
kecerahan
·
intensitas cahaya
|
·
suhu udara
·
pH air
·
kecepat an arus
·
kekeruhan
·
lumut
·
alga
|
·
suhu air
·
pH air
·
kekeruh an
·
lumut
·
alga
|
·
suhu udara
·
kelembaban
·
anggang-anggang
|
·
suhu udara
·
kecepat an arus
·
alga
|
Dari skema dan tabel diatas dapat
dilihat bahwa factor lingkungan dapat mempengaruhi makhluk hidup yang ada di
sungai. Dari setiap individu, mempunyai factor pembatas yang berbeda dengan
individu lain. Dari hasil analisis kami berdasarkan data organisme (makhluk
hidup) yang kami ambil ketika mengamati
di ekosistem sungai Tenjomoyo bahwa factor pembatas dari alga hijau adalah intensitas
cahaya, kelembaban udara, suhu air, pH air, kecepatan arus, dan kekeruhan. Alga
hijau secara langsung dipengaruhi oleh intensitas cahaya untuk melakukan
fotosintesis. Alga ini hidup diatas permukaan air. Kelembaban air, suhu air,
dan pH air juga mempengaruhi petumbuhan alga hijau, dimana alga hijau dapat
tumbuh optimal pada kelembaban air, suhu air, pH air yang cocok dan kebutuhan
minimalnya terpenuhi. Jika kebutuhan alga hijau dari factor lingkungannya
terpenuhi atau lebuh dari kebutuhan minimalnya maka kehidupan alga akan semakin
layak untuk hidup. Sedangkan kecepatan arus juga menjadi factor pembatas
pertumbuhan alga. Jika arus terlalu cepat, maka alga tidak akan tumbuh optimal
karena mudah terbawa arus sungai.
Factor pembatas lumut akan berbeda
dengan alga hijau yaitu kelembaban, suhu air, pH air, kecerahan dan intensitas
cahaya. Lumut dapat hidup pada lingkungan yang mempunyai kelembaban , suhu, pH,
kecerahan dan intensitas cahaya yang cocok dan mendukung untuk pertumbuhannya.
Factor pembatas pada udang yaitu suhu air, pH air, kecepatan arus, dan
kekeruha. Suhu dan pH air yang tidak cocok untuk pertumbuhan udang, maka udang
tidak akan tumbuh dengan optimal. Jika suhu dan pH air dalam kebutuhan
minimalnya terpenuhi, udang dapat bertahan hidup pada habitat tersebut. Factor
pembatas kecepatan arus, udang akan mudah terbawa arus air jika kecepatan arus
sangat deras. Sehingga pertumbuhan atau kehidupan udang akan tidak
optimal.faktor pembatas pada kekeruhan berhubungan dengan jumlah
partikel-partikel dalam air. Jika jumlah partikel dalam air banyak maka kadar O2
dalam air sangat sedikit. Jika kadar O2 dalam air sangat sedikit maka akan
mempengaruhi kehidupan udang.
Factor pembatas ikan diantaranya
suhu air, pH air, kekeruhan, lumut,
alga. Ikan dapat hidup optimal pada suhu air dan pH air yang cocok. Ikan tidak
dapat hidup pada pH yang terlalu basa dan terlalu asam, pada suhu yang terlalu
tinggi dan suhu yang terlalu rendah. Sehingga ikan mempunyai batasan tertentu
untuk dapat hidup. Ikan mempunyai batasan suhu dan pH air minimal untuk
dipanuhi.batasan suhu dan ph air ikan jika tidak dapat terpenuhi dihabitatnya,
dalam jangka pendek ikan masih mempunyai toleransi tetapi dalam jangka panjang
ikan akan mati. Sedangkan anggang-anggang mempunyai factor pembatas suhu air,
kecepatan arus dan alga. Untuk factor pembatas katak diantaranya suhu udara,
kelembaban, dan anggang-anggang. Katak dapat bertahan hidup pada suhu dan
kelembaban yang cocok. Sedangkan adanya anggang-anggang adalah ketersediaan
makanan katak untuk mempertahankan hidupnya. Jika banyak ketersediaan makanan,
artinya kebutuhan minimal makanannya terpenuhi maka katak akan dapat hidup
layak pada ekosistem sungai tersebut. Factor pembatas pada kecepatan arus
anggang-anggang dapat hidup dengan optimal minimal pada kecepatan arus yang
lemah. Jika pada kecepatan arus yang kuat maka anggang-anggang semakin berat
dalam mempertahankan hidupnya. Jika kebutuhan minimal anggang-anggang hidup
pada kecepatan arus yang lemah dapat terpenuhi maka anggang-anggang tersebut
dapat hidup layak pada ekosistem sungai di Tenjamoyo. Sedangkan untuk alga,
berhubungan dengan katersediaan makanan dalam ekosistem sungai tersebut. Jika
ketersediaan alga minimal terpenuhi maka anggang-anggang dapat hidup layak.
Factor
Pembatas Pada Ekosistem Padang Rumput
Organisme
|
Faktor pembatas
|
Tumbuhan hijau
–
Rumput teki
–
Tapak lima
–
Semanggi
|
–
Intensitas cahaya
–
Suhu udara
–
PH tanah
–
Air
–
unsur
tanah dan tekstur tanah
|
Konsumen I
–
Serangga (nyamuk, kupu-kupu, capung, belalang, dan
semut)
|
–
Tumbuhan hijau (rumput teki, tapak lima, semanggi
–
suhu udara
–
kelembaban
|
–
Cacing
|
–
PH tanah
–
suhu udara
–
kelembaban
tanah
–
intensitas
cahaya
|
Setiap
organisme didalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh berbagai hal
disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme
tersebut sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut
disebut sebagai, faktor lingkungan bagitu pun juga untuk organisme mempunyai
faktor pembatas dan faktor pendukung sebagai kelangsungan hidupnya. Faktor
pembatas sendiri merupakan kebutuhan minimal yang harus terpenuhi bagi
organisme itu sendiri, dan apabila dilihat dari kisaran toleransinya maka
kebutuhan organisme tersebut tidak boleh kurang atau melebihi dari kisaran
toleransi yang dimiliki oleh organisme tersebut. Jadi dapat dikatakan kalau
faktor pembatas tersebut bergantung pada nilai kebutuhan minimum dan nilai
toleransi yang dimiliki oleh organisme tersebut.
Pada
ekosistem padang rumput didaerah Tinjoyo terdapat beberapa faktor yang
bertindak sebagai faktor pembatas bagi faktor ataupun organisme lainnya. Adapun
faktor pembatas yang pertama adalah intensitas cahaya, intensitas cahaya disini
akan berpengaruh pada beberapa populasi yang ada pada ekosistem padang rumput
tersebut. Dalam hal ini intensitas cahaya berperan sebagai faktor pembatas bagi
beberapa tumbuhan hijau diantaranya adalah rumput teki, tapak lima, dan
semanggi karena cahaya yang masuk kedaerah/tempat padang rumput tersebut akan
mempengaruhi proses fotosintesis tumbuhan hijau tersebut. Selain itu cahaya
matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama
bagi ekosistem dan cahaya matahari baik dalam jumlah sedikit maupun kelebihan
dapat menjadi faktor pembatas bagi populasi rumput yang ada di ekosistem padang
rumput.
Selain
sebagai faktor pembatas bagi tumbuhan hijau (rumput teki, tapak lima, dan semanggi),
intensitas cahaya yang masuk pada ekosistem tersebut juga akan berpengaruh
terhadap faktor abiotik lainnya seperti kelembapan udara, kelembapan tanah akan
semakin berkurang, sedangkan suhu udara dan suhu tanah akan semakin naik.
Faktor
pembatas yang selanjutnya adalah suhu udara (temperatur udara). Suhu merupakan
faktor pembatas yang dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
suatu organisme. Dalam hal ini, pada ekosistem padang rumput suhu udara
merupakan faktor pembatas bagi tumbuhan hijau seperti rumput teki, tapak liman,
dan semanggi. Suhu udara disini akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
relatif, laju asimilasi bersih, serta mengontrol proses-proses metabolisme yang
ada pada tumbuhan hijau tersebut.
Karena
pada suhu optimal antara 20 0C – 30 0C yang sangat
dibutuhkan bagi tumbuhan-tumbuhan hijau, sehingga apabila suhu udara tersebut
berkurang atau melebihi batas toleransi yang dibutuhkan bagi tumbuhan hijau
tersebut akan mati. Selain berpengaruh langsung terhadap tumbuhan hijau
tersebut, suhu udara juga akan berpengaruh tidak langsung terhadap tumbuhan
hijau tersebut, karena suhu udara disini akan berpengaruh terhadap
faktor-faktor lainnya terutama suplay air. Apabila suhu udara makin tinggi maka
suplay air akan berkurang sehingga tumbuhan akan mengalami kekurangan air.
Faktor
pembatas untuk tumbuhan hijau selanjutnya adalah PH tanah, PH tanah aan
berpengaruh terhadap kesuburan tumbuhan hijau tersebut. Tanaman dapat tumbuh
dengan baik apabila berada pada PH tanah antara 6,5 – 7,5, karena dalam PH
optimum ini rumput teki, semanggi, tapak liman dan lain-lain akan tumbuh subur
karena ketersediaan unsur-unsur hasa yang seperti phospor. Sehingga apabila PH
tanah kurang atau melebihi batas toleransi yang dimilinya makan tumbuhan tersebut
tidak akan mampu untuk bertahan hidup. Selain sebagai faktor pembatas untuk
tumbuhan hijau, PH tanah juga dapat digunakan sebagai faktor pembatas untuk
hewan-hewan tanah seperti cacing. Karena keberadaan dan kepadatan hewan-hewan
tanah sangat bergantung pada PH tanah. Hewan tanah ada yang memilih hidup di PH
yang asam dan ada yang memilih hidup di PH yang basa, dalam ekosistem padang
rumput ini cacing tanah yang hanya dapat hidup pada tanah asam, disebut
bertoleransi terhadap asam, sedangkan yang tidak dapat hidup pada asam berarti
tidak bertoleransi terhadap tanah asam, demikian juga sebaliknya.
Selain
intensitas cahaya, suhu udara, dan PH tanah, faktor biotik juga dapat sebagai
faktor pembatas bagi komponen biotik lainnya, seperti tumbuhan hijau cacing dll.
Untuk tumbuhan hijau (rumput teki, tapak liman, dan semanggi) dalam ekosistem
padang rumput ditinjomoyo berpengaruh terhadap keberadaan hewan-hewan yang ada,
terutama hewan konsumen I seperti semut, belalang, capung dll. Keberadaan tumbuhan hijau disini harus tetap ada karena
tumbuhan hijau tersebut berperan sebagai sumber makanan dari serangga yang ada
pada ekosistem padang rumput tersebut. Sehingga apabila tumbuhan hijau tersebut
musnah atau mati maka populasi serangga juga akan berkurang.
VI.
Kesimpulan
Dengan demikian, factor lingkungan
dapat dikatakan sebagai factor pembatas karena dapat membatasi pertumbuhan
organisme dalam ekosistem. Faktor pembatas merupakan kebutuhan minimum yang
harus dipenuhi bagi suatu organisme. Kebutuhan suatu organisme tersebut juga
tidak boleh kurang ataupun lebih dari batas toleransi yang dimiliki oleh
organisme tersebut. Jika salah satu factor pembatas tersebut tidak terpenuhi,
maka organisme tidak dapat hidup dalam ekosistem tersebut. Setiap individu
mempunyai factor pembatas yang berbeda dengan individu yang lain. Dengan adanya
perbedaan factor pembatas setiap individu ini maka makhluk hidup dalam bumi ini
tidak mempunyai niche yang sama. Dalam pembahasan kami tentang factor pembatas
ini, factor lingkungan yang yang pengaruh langsungnya sangat menonjol dan
mempengaruhi semua organisme yaitu suhu udara.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Odum, eugene,P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi, edisi
ketiga, Yogyakarta ; Universitas. Gajah Mada Press
Odum, howard, T. 1992. Ekologi sistem,
Yogyakarta ; Universitas Gajah Mada Press
Polunin, nicholas. 1997. Teori ekosistem dan
penerapannya. Yogyakarta ; Universitas Gajah Mada Pres
Susatyo,
ari. 2003. Petunjuk praktikum ekologi. Semarang ; IKIP PGRI Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar